Persepsi Yang Datang Dari Luar Zona Kenyamanan
Selamat
malam para pembaca sekalian, kembali lagi bersama saya yang membawa tugas baru
tentunya. Ini adalah tugas keempat saya pada blog yang memang sengaja
diciptakan khusus untuk memenuhi tugas Bahasa Visual. Tugas ini lagi-lagi
menggunakan sebuah persepsi, semoga kalian yang membacanya tidak merasa bosan
dengan berbagai persepsi yang saya ceritakan di dalam blog saya ini.
Kali ini
tugasnya sangat luarbiasa sekali, sampai saya hampir saja terkena darah tinggi
untuk dapat menyelesaikannya. Saya bersyukur kepada Tuhan yang masih memberi
saya kesabaran yang sangat berguna sekali dalam kasus ini. Tantangan saya kali
ini adalah “Mewawancarai penonton dari luar negeri tentang penyandang
disabilitas dalam event Asian Para Games”
yang baru saja berakhir tanggal 13 Oktober 2018 kemarin. Sungguh, benar-benar tantangan yang sangat
menguji kesabaran dan mental untuk tidak mengutuk seseorang.
Saya akan
sedikit bercerita tentang pengalaman saya terlebih dahulu sebelum masuk kedalam
inti tugas ini. Pada mulanya, saya dan lima orang teman saya menuju lokasi
Gelora Bung Karno dengan menggunakan sepeda motor, namun sesampainya disana
kami menemukan kendala untuk mencari tempat parkiran yang ternyat sangat sulit
untuk ditemukan, kami sebenarnya ingin parkir dalam area Masjid yang berada
pada GBK tersebut, namun sayang sekali ada satpam yang menolak kami untuk
parkir dengan alasan parkiran sudah penuh, padahal saya dan teman-teman melihat
banyak motor yang sudah keluar area tersebut. Akhirnya kami mengitari area GBK
dengan maksud mencari lahan parkiran, namun tak kunjung ketemu juga. Saya dan
teman-teman saya sudah mulai lelah, dan kemudian memutuskan untuk istirahat
sejenak sambil melepas dahaga di pedagang kaki lima. Namun, saat beristirahat
kami menemukan dua bocah sekolahan yang sedang kelelahan mendorong sepeda
motornya yang ternyata mengalami kebocoran pada salah satu ban motornya. Sungguh
kasihan.
Sudahlah..
Terlalu mendramatisir untuk diceritakan, saya tiba-tiba kehilangan mood untuk
menuliskannya. Keapesan kami tidak berakhir sampai disitu saja, saat tiba pada
pintu masuk terdekat, pintu 8 atau 9 saya tak ingat dan sudah tidak peduli
lagi, kamipun kembali diusir namun kali
ini oleh polisi, padahal kami hanya menanyakan boleh masuk lewat sana atau
tidak. Sungguh minta digulingkan sekali perutnya yang besar seperti adonan roti
yang siap dibakar itu. Akhirnya kamipun berjalan menelusuri dinding pagar GBK
yang luasnya sangat hiperbola sekali untuk menemukan pintu yang menjual tiket
masuk ke area tersebut, pintu masuk 4. Kami berenam, dengan keapesan kami,
dengan bodohnya hampir mengitari keseluruhan dinding pagar GBK dengan
penampilan yang sudah seperti gembel.
Sesampainya
di pintu masuk 4, kami disuguhkan dengan pemandangan lautan manusia yang sedang
mengantri tiket dan hari juga sudah mulai gelap. Benar sekali, keapesan kami
yang tadi baru saja dimulai, artinya masih banyak keapesan yang menunggu
dibelakangnya. Karena kami berenam sudah terlalu sore (sudah jam 7 malam saat
itu) ketika berhasil masuk kedalam area GBK, maka sulit sekali untuk menemukan
turis-turis. Singkat cerita, akhirnya kami berhasil mewawancarai salah seorang
tamu dari luar negeri, yang berasal dari Filipina. Namun, lagi-lagi kami
dilanda keapesan kembali, kami diusir satpam tepat saat wawancara kami selesai.
Kami jadi tidak diperbolehkan untuk berfoto bersama tamu luar negeri tersebut. Memang
kampret sekali.
Baiklah,
mari kita simak rekaman dari wawancara tersebut :
Agar tulisan
ini dapat mencapai jumlah yang telah ditentukan, maka saya akan menuliskan isi
wawancara ini dengan senang hati.
Quest : Excuse me sist, can u help me?
Answ : Yes, sure
Quest : Can I ask you about something about Asian
Para Games?
Answ : Sure, it’s okay..
Quest : What is your reason to watch this
tournament?
Answ : I want watch this tournament because, this
is one of biggest event in Asian about disabilities people to appreciate them,
to make them feel like their touchable with other people and I want to watch
them fight to have a medals.
Quest : What do you think about people with
disabilities?
Answ : I think people with disabilities,event
differently another people with normal body like us but, just have another I mean
another talent that, God give them, to make them fell like their precious come
to world.
Quest : You know about Asian Para Games right. Can
you describe what do you think or what’s your perception disabilities people?
Answ : Yeah,sure.. I think about disabilities
people/person we have to appreciate them because, their not have an something
isn’t normal like us, but they have something that is more than us. God give
them something to make feel them feel precious.
Quest : Can you explain? What do you think about
those athlete?
Answ : Those atlete are so great, I think their
so great, they can do something that precious.
Blablabla….
Sudahlah..saya lelah menuliskannya (I hate English). Mungkin Anda sekalian
bingung kenapa suara dalam wawancara tersebut laki-laki, padahal saya
perempuan. Dari kami berenam hanya dia seorang yang bisa berbahasa Inggris
dengan benar dan lumayan lancar, dan karena turis juga sudah mulai sulit untuk
ditemukan akhirnya kami mewawancarai satu turis saja daripada tidak sama sekali
diantara kami berenam.
Kembali pada persepsi dari turis
tersebut. Menurutnya, atlet-atlet event Asian Para Games ini sangat patut untuk
diapresiasikan, mereka memiliki kekurangan pada fisik namun mereka memiliki
anugerah dari Tuhan yang membuat mereka merasa berharga. Para atlet disabilitas
itu sangatlah luar biasa.
Sayapun memiliki persepsi saya
sendiri, entah kenapa saya merasa sangat malu dan sangat tidak ada apa-apanya bila
dibandingkan dengan atlet-atlet penyandang disabilitas. Walaupun mereka
memiliki kekurangan fisik namun semangat mereka sangat kuat hingga dapat
mencapai kesuksesan dengan kekurangan fisik yang mereka miliki. Mereka bahkan
dapat mempersembahkan beberapa medali emas dan perak untuk Tanah Air yang telah
menjadi tuan rumah kali ini. Keberadaan mereka sungguh sangat menginspirasi
siapa saja dengan semangat yang mereka punya, bahkan seorang mahasiswi semester
lima seperti saya ini sangat merasa tidak berguna bila dibandingkan dengan
mereka. Tuhan memang maha adil, Ia akan menciptakan umatnya dengan berbagai
kekurangan namun juga kelebihan luar biasa yang menyertai kekurangan itu
sendiri. Olehkarena itu, bersyukurlah selalu atas keadaan apapun wahai manusia,
seapes apapun Anda kala itu pasti aka nada hikmah yang indah dibaliknya.
Saya memang telah mengalami banyak
keapesan dalam mengerjakan tugas kali ini. Namun, kesabaran saya dan
teman-teman saya berbuah manis pada akhirnya, kami mendapat kesempatan berfoto
dengan banyak atlet sekaligus dari Filipina! Kamipun tentu sangat senang sekali
karena tidak ada satpam atau polisi yang mengganggu acara berfoto kami kali
ini. Mood saya yang telah berantakan tiba-tiba menjadi sangat baik kembali
karena ini.
Inilah sesi foto kami, saya berharap
Anda sekalian tidak usah terfokus pada gembel-gembel yang ada disana, fokuslah
hanya pada atletnya saja.
Oh iya, sayang sekali satu teman kami
yang mengambil foto ini, jadi tidak ada pada foto diatas, namanya adalah Muhammad
Khafi Gustiansyah. Terimakasih banyak sudah mau dikorbankan untuk bisa
memfoto kami berlima dengan para atlet ini, saya harap kamu tidak ngambek untuk hal ini. Haha..
Dan sekali lagi, terimakasih untuk ASIAN PARA GAMES 2018!!
Komentar
Posting Komentar